Kumaha Allah we..
(Bagaimana Allah saja)
Farhan lahir tanggal 09 November 1998, baru sebulan lewat dari ulang tahunpertama ibunya hamil lagi, suatu kehamilan yang waktu itu disambut oleh Farhan kecil dengan biasa saja karena memang belum mengerti bahwa dia akan punya adik lagi. Namun ketika kahamilan menginjak bulan ke-dua, hasil pemeriksaan dokter menyatakan bahwa janin tersebut keguguran dan harus dilakukan curretage, tak banyak ditanyakan kenapa bisa keguguran. Kemungkinan terbesar adalah kecapean, karena waktu itu ibunya harus pulang pergi Garut – Cibugel yang berjarak kurang lebih 45 km dengan kondisi jalan yang kurang bagus. Entah kebetulan atau tidak, pada saat ibunya di curretage, Farhan yang pada saat itu sedang belajar berjalan dan memang agak telat bisa berjalan karena waktu itu menginjak usia 15 bulan, tiba-tiba bisa berlari-lari sendiri (begitulah yang diceritakan Akinya yang menunggu Farhan selama ibunya di curretage) sehingga pada waktu itu banyak yang mengambil kesimpulan bahwa Farhan belum mau punya adik. Whatever apa yang dikatakan mereka memang itulah yang terjadi, namun tentu saja kesimpulan itu agak menafikan bahwa itu adalah kehendak Allah, Allah lah yang merencanakan, terlepas dari mau atau tidak mau siap atau tidak siap.
Beberapa bulan setelah keguguran yang pertama, ibunya hamil lagi kali ini disambut dengan gembira oleh Farhan karena sudah mulai mengerti bahwa dia akan punya adik dan berarti akan ada teman untuk bermain. Namun menginjak bulan ketiga kehamilan, Dokter Heriyanto, dokter kandungan menyatakan bahwa janin tersebut tidak berkembang dan memutuskan harus di curretage. Akhirnya dilakukan curretage di RS Sekarwangi Cibadak Sukabumi. Setelah proses tersebut dilakukan pemeriksaan, akhirnya diketahui bahwa penyebab matinya janin tersebut disebabkan oleh virus rubella, virus tersebut kemungkinan besar masuk lewat pasien yang ditangani ibunya (ibunya seorang dokter gigi).
Setelah melewati masa pengobatan dan telah dinyatakan sembuh oleh dokter, kembali ibunya hamil lagi, bukan main senangnya setelah mengetahui bahwa dia akan punya adik bahkan dengan spontan dia menjawab laki-laki ketika ditanya mau laki-laki atau perempuan adiknya. Saat itu dia mau menginjak umur 3 tahun. Kehamilan berjalan normal sampai saat proses mau melahirkan. Pada saat sudah masuk ke Ruangan bersalin RS Assyifa, dokter kandungan (Dr. Isep) tiba-tiba merujuk ke dokter penyakit dalam karena katanya ada benjolan-benjolan kecil yang muncul ditubuh ibunya kemungkinan terserang penyakit cacar air (viracella). Beberapa saat setelah ditangani oleh Internist ibunya melahirkan dengan normal, seorang bayi laki-laki yang sehat lahir bertepatan dengan kumandang adzan maghrib 31 Januari 2002. Banyak saudara yang datang menengok pada malam harinya, dengan begitu lancar Farhan bercerita bahwa nanti akan mengajak adiknya bermain, bermain bola dan segudang keinginan lainnya yang menyiratkan kebahagian hatinya. Malam harinya Farhan pamit kepada ibunya untuk pulang ke rumah kakek di Cianjur, karena selama ibunya dirawat di RS dia dititipkan di rumah kakeknya. Pagi hari keesokan hari, Ayahnya diberitahu oleh perawat bahwa adiknya dalam keadaan gawat, suatu kabar yang saat mengagetkan karena sampai malam sebelum tidur bayi itu sehat dan normal. Tak sempat ditanyakan kenapa bisa terjadi karena saat itu perawat sedang sibuk berusaha menangani dan menghubungi dokter Jefry (dokter anak yang menangani). Sesaat setelah ditangani oleh Dokter, ayahnya dipanggil oleh dokter tersebut, dengan bahasa yang santun beliau memberitahu bahwa segala usaha telah dilakukan namun Allah berkendak lain, bayi yang baru menghirup udara kurang dari 12 jam telah dipanggil kembali kehadirat Ilahi. Inalillahi wa innailaihi roji”un. Ketika ditanya penyebabnya, dokter mengatakan kemungkinan adalah dari penyakit yang dibawa ibunya yang baru diketahui pada saat proses melahirkan. Setelah proses pemulasaraan di RS selesai, jenazah dibawa ke Cianjur untuk dimakamkan, Farhan sudah menunggu disana, ada guratan kebingungan di wajahnya melihat adiknya yang dilihatnya kemarin sudah terdiam kaku dan terbungkus kain kafan, setelah selesai proses pemakaman Farhan mulai banyak bertanya mengenai apa yang dililhatnya selama proses pemakaman, kenapa adiknya dimasukan ke dalam lubang dan kemudian dikubur. Setelah diberikan penjelasan mengenai apa yang terjadi, dia mulai mengerti. Beberapa kali dia bertanya tentang adiknya itu, setelah dijelaskan dia menangis..dia membayangkan betapa gelap & kesepiannya di dalam kubur
Seiring dengan berjalannya waktu, diawal tahun 2003 ibunya kembali hamil untuk yang kesekian kalinya, tentu saja kabar ini disambut dengan gembira oleh Farhan karena dia akan punya adik. Suatu malam menjelang tidur ayahnya bertanya “ Aa (dia sudah menyebut dirinya begitu) mun gaduh ade, hoyong istri atanapi pameget ?” (Aa kalo punya adik mau perempuan atau laki-laki) , suatu pertanyaan yang biasa dilontarkan kepada anak yang akan punya adik. Jawaban Farhan “Kumaha Allah we nu penting mah sehat sareng henteu maot deui..”(Bagaimana Allah saja yang penting sehat dan tidak meninggal lagi),Tak terasa mata ayahnya mendadak terasa hangat oleh air mata mendengar jawaban spontan dari anak yang berumur 4 tahun, suatu jawaban yang menurut ukuran anak umur 4 tahun tentu sangat luar biasa karena menggambarkan nilai kepasrahan kepada Allah sekaligus suatu keinginan dan harapan untuk mendapatkan adik. Jawaban itu pula yang memupus rasa khawatir ayah ibunya karena peristiwa-peristiwa sebelumnya. Terima kasih nak, kamu telah memberikan motivasi sekaligus mengubur kekhawatiran ayah ibumu.
Cicurug, 24 September 2008 (menjelang sahur)
Note : - Adik laki-lakinya (Muhammad Ihsanul Karim) lahir dengan normal di Klinik Wijayakusuma Cicurug tanggal 2 Desember 2003 jam 21.00
- Saat ini adiknya telah bertambah dengan lahirnya adik perempuan (Siti Nur Azizah) di RS Betha Medika Cisaat Sukabumi dengan operasi Caesar tanggal 14 Februari 2007